♠ Posted by widy at 22.28
Pasca Perang Dunia II, pemanfaatan tenaga nuklir berkembang di
luar sektor persenjataan militer. Salah satu bidang yang berkembang pesat
adalah penggunaan tenaga nuklir dibidang energi pada Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN). Reaktor nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah
stasiun pembangkit percobaan EBRI pada 20 Desember 1951 di dekat Arco, Idaho,
Amerika Serikat. Pada 27 Juni 1954, PLTN pertama dunia yang menghasilkan
listrik untuk jaringan listrik (power grid) mulai beroperasi di Obninsk,
Uni Soviet. PLTN skala komersil pertama adalah Calder Hall di Inggris yang
dibuka pada 17 Oktober 1956.[1] Di akhir tahun 2006, 439 PLTN telah beroperasi
dan 55 PLTN baru dalam tahap konstruksi di 33 negara di seluruh dunia.
Keseluruhan PLTN tersebut memberikan sumbangan kurang lebih 17% bagi kebutuhan
listrik dunia.
Di beberapa negara seperti Prancis bahkan kontribusi listrik
dari PLTN melebihi 70%, dan sebagian diantaranya diekspor ke negara
tetangga. PLTN memproduksi listrik
dengan tingkat kehandalan tinggi, ramah lingkungan dan tanpa menghasilkan gas
rumah kaca.[2] Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi nuklir juga kian
berkembang mengikuti tuntutan jaman. Disain yang lebih sempurna, efisiensi yang
lebih tinggi, kapasitas yang semakin besar, tingkat keselamatan yang lebih
terjamin merupakan beberapa aspek yang senantiasa ditingkatkan. Secara kronologis,
perkembangan teknologi nuklir dari generasi pertama hingga ke empat saat ini
dapat dilihat dalam pengalaman operasional dari tahun ke tahun, juga pelajaran
dari beberapa insiden dan kecelakaan kritikalitas (criticality accidents) dibeberapa
fasilitas pemrosesan bahan nuklir,
maupun kecelakaan (Three Mile Island dan Chernobyl) memberikan pelajaran yang
sangat berarti untuk peningkatan standar keselamatan di masa depan. Disamping
perbaikan dari sisi teknologi, standar, persyaratan dan pedoman pengoperasian
PLTN juga senantiasa ditinjau ulang oleh International Atomic Energy Agency maupun
oleh pemegang otoritas di masing-masing negara yang memanfaatkan tenaga nuklir.
Di
daerah Ukraina dibangun PLTN Chernobyl, 130 dari sebelah utara Kiev dan 20 km
dari perbatasan bagian selatan Belarus, Uni Soviet. Daerah yang juga dekat
dengan kota Pripyat ini merupakan salah satu daerah yang menggunakan tenaga
nuklir sebagai tenaga pembangkit listrik wilayah Ukraina saat itu.
Bangunan PLTN (pembangkit listrk
tenaga nuklir) Chernobyl ini dilengkapi empat unit reaktor. Tahun pengoperasian
masing-masing unit reaktor pun berbeda-beda, diantaranya:
1. reaktor unit 1 mulai beroperasi tahun 1977,
2. reaktor unit 2 mulai beroperasi tahun 1978,
3. reaktor unit 3 mulai beroperasi tahun 1981, dan
4. reaktor unit 4 mulai beroperasi tahun 1983.
1. reaktor unit 1 mulai beroperasi tahun 1977,
2. reaktor unit 2 mulai beroperasi tahun 1978,
3. reaktor unit 3 mulai beroperasi tahun 1981, dan
4. reaktor unit 4 mulai beroperasi tahun 1983.
Keempat unit reaktor ini menghasilkan 4000 MWt yag menyuplai 10% kebutuhan
listrik Ukrainia saat itu. Pada tahun 1986, dua unit reaktor baru berada pada
tahap pembangunan. Dari arah selatan bangunan reaktor ini dibangun danau buatan
seluas 22 km2 yang terletak di samping sungai Pripyat, anak sungai Dnieps.
Danau buatan ini berguna untuk penyediaan air pendingin reaktor.
Reaktor Chernobyl merupakan reaktor jenis
RBMK 1000 (reactor bolshoi moshnostikanalye), atau reactor air
didih dengan tenaga tinggi, atau disebut juga sebagai high power pressure
tube reactor.
Reaktor ini sangat unggul dalam efisiensi dan penggantian bahan bakar.
Efisiensi reaktor ini mencapai 34 % dibandingkan reaktor tipe tekan
(pressurized reaktor, banyak diproduksi di Kanada) yang hanya mencapai 29-31%.
Sementara itu, penggantian bahan bakar reaktor ini dapat dilakukan selagi
menyala, tidak seperti sebagian besar reaktor lain yang diproduksi oleh Kanada.
Berdasarkan prosedur penggunaannya, rektor ini hanya boleh dijalankan 9 bulan,
sedangkan 3 bulan sisanya untuk perbaikan dan perawatan rutin, termasuk
penggantian bahan bakar.
Chernobyl terletak di negara Ukraina sebelah
barat daya Rusia. Kota Chernobyl berpenduduk 12.500 jiwa berada 15 km sebelah
tenggara reaktor. Sedangkan sebagian pekerja reactor bermukim di Pripyat
(sebuah kota satelit) dengan kepadatan 45.000.[4](lihat peta dalam Gambar 2)
Reaktor ini telah dikembangkan disainnya sejak tahun 1954 di Obninsk dan
merupakan tipe reaktor khusus yang hanya dimiliki oleh Uni Soviet (kecuali
reaktor HanfordN di Amerika Serikat, yang
memiliki prinsip fisika sejenis).[5] Reaktor RBMK yang pertama berkapasitas
1000 MWe dibangun di Leningrad dan mulai beroperasi pada tahun 1973 - 1975.
Pada tahun 1986 di Uni Soviet terdapat 14 reaktor RBMK yang beroperasi dan 8
masih dalam tahap konstruksi.
Empat ciri utama disain reaktor RBMK
1000 adalah:
a. Kanal
vertikal yang berisi bahan bakar dan pendingin, dapat diisi ulang bahan
bakarnya secara local pada saat operasi.
b. Bahan
bakar dalam bentuk bundle silindris yang terbuat dari uranium dioksida.
c. Moderator
grafit pada tiap kanal bahan bakar, dan
d.
Pendingin air ringan yang mendidih pada berbagai saluran bertekanan dengan
umpan uap langsung ke turbin.
Kecelakaan Chernobyl unit 4 dipicu oleh
kejadian kritikalitas teras reaktor yang tidak terkendali dalam waktu sangat
singkat. Kecelakaan kritikalitas sering disebut sebagai excursion atau power
excursion terjadi pada saat bahan nuklir, baik uranium diperkaya atau plutonium,
mengalami reaksi fisi berantai tanpa kendali. Kebocoran radiasi netron yang
menyertainya merupakan ancaman bahaya yang sangat tinggi bagi pekerja
disekitarnya dan juga menyebabkan pelepasan radiasi ke lingkungan sekitar. Kritikalitas
yang meningkat dalam waktu singkat menyebabkan kenaikan daya reaktor secara
cepat disebut sebagai promt excursion.
Hal ini menyebabkan uap bertekanan sangat
tinggi juga terbentuk secara spontan sehingga memicu ledakan teras dan
terhamburnya zat radioaktif produk fisi ke udara. Ditinjau dari dampak yang
diakibatkan berdasarkan The International Nuclear Event Scale,
kecelakaan reaktor Chernobyl dikategorikan sebagai kecelakaan sangat parah(severe
accident) atau masuk kategori kelas 7(major accident). Ciri dari
kategori kelas 7 adalah dampak luar biasa terhadap lingkungan maupun kesehatan
masyarakat.
Rangkaian kecelakaan diawali oleh keputusan
manajemen reaktor dan tim ahli untuk melakukan percobaan guna menguji respon turbingenerator
dalam menggerakkan pompa pendingin pada saat pasokan uap ke turbin terhenti.
Pada tengah malam 25 April 1986 percobaan dimulai. Daya reaktor diturunkan
menjadi
1600 MWt,
kemudian turbin nomor 7 dimatikan dan keempat aliran uap dialirkan semuanya ke
turbin nomor 8. Sebagai bagian dari percobaan pada pukul 14.00, sistem
pendingin teras darurat(emergency core cooling system) diputus.
Percobaan sempat tertunda karena permintaan untuk tetap memasok listrik
ke jaringan Kiev hingga jam 23.10. Celakanya pada saat penyambungan kembali
jaringan, sistem pendingin teras darurat tidak difungsikan kembali
alasannya Untuk mendapatkan hasil akurat,
sehingga operator lebih memilih mematikan beberapa sistem keselamatan.
Percobaan kemudian dilanjutkan kembali
sesuai dengan prosedur percobaan dengan menurunkan daya menjadi antara 700
sampai dengan 1000 MWt. Pada pukul 00.28 tanggal 26 April untuk menurunkan daya
lagi, seperangkat batang kendali otomatis local (local automatic control
rods) tidak diaktifkan dan sejumlah batang kendali otomatis(ACs)
diaktifkan. Akan tetapi operator melakukan kesalahan pengesetan ACs,
sehingga daya reactor turun secara drastis menjadi hanya 30 MWt,
padahal prosedur mempersyaratkan daya antara 700 – 1000 MWt. Pada
pukul 01.00 operator berhasil menaikkan daya reaktor menjadi 200
MWt dengan cara mengangkat sejumlah batang kendali dari reaktor. Daya
tersebut sebenarnya masih jauh dibawah daya yang diperlukan untuk percobaan,
dan semestinya percobaan tidak boleh dilanjutkan.
Pukul 01.03 dan 01.07 dua pompa sirkulasi
cadangan dihidupkan, sehingga secara keseluruhan terdapat delapan pompa
yang bekerja bersamaan. Hal ini membuat beberapa pompa melakukan kerja di bawah
batas kinerja standarnya dan memicu penurunan produksi uap serta turunnya tekanan
dalam drum uap. Pukul 01.19 operator mencoba menaikkan tekanan dan level air
dengan menggunakan pompa pengumpan. Reaktor seharusnya dimatikan karena sinyal
trip menyala, namun hal tersebut diabaikan oleh operator dan bersikeras untuk
tetap melanjutkan percobaan.
Pukul 01.19,30 level air yang diperlukan
dalam drum uap tercapai, namun operator terus menambahkan air pengumpan. Air
dingin memasuki teras reaktor dan pembangkitan uap menurun tajam,
demikian tekanan uap juga semakin menurun. Untuk mengatasi hal ini, operator
mengangkat sejumlah batang kendali otomatis dan juga batang kendali manual agar
daya tetap bertahan 200 MWt. Pukul 01.20,30 kran bypass turbin ditutup
untuk memperlambat penurunan tekanan uap. Hal ini menyebabkan kenaikan suhu air
yang memasuki teras, selanjutnya ACs mulai diturunkan untuk mencegah
kenaikan kualitas uap.
Pukul 01.22,30 operator melihat cetakan
parameter sistem reaktor pada monitor pemantau. Data menunjukkan bahwa operator
harus segera menshutdown reaktor dalam situasi mekanisme shutdown otomatis
tidak bekerja tersebut. Namun yang terjadi operator tetap melanjutkan
percobaan. Modeling komputer menunjukkan pada saat tersebut hanya terdapat
enam, tujuh, atau delapan batang kendali dalam teras, padahal semestinya tidak
boleh kurang dari 30 batang kendali(sesuai instruksi manual).
Pada pukul 01.23,04 percobaan dimulai lagi
dengan daya 200 MWt, dan katup aliran uap utama menuju turbin nomor 8
dimatikan. Sistem proteksi keselamatan otomatis yang akan aktif pada saat kedua
turbin mati sengaja dimatikan oleh operator, meskipun hal ini tidak termasuk
prosedur percobaan.
Selanjutnya daya reaktor mulai naik dari
200 MWt dan ACs turun. Sedetik kemudian aliran air pendingin utama dan
air umpan dikurangi, hal ini menyebabkan kenaikan suhu air yang memasuki
reaktor dan meningkatkan pembangkitan uap.
. Kemudian daya reaktor naik secara cepat(promt
critical excursion) dan mandor yang berjaga memerintahkan untuk segera menshutdown
reaktor. Namun perintah tersebut sangat terlambat karena untuk menurunkan
batang kendali secara otomatis dibutuhkan waktu 20 detik, padahal baru 0,03
detik berselang alarm sudah berbunyi. Sistem keadaan darurat tidak mampu
mengatasi kondisi tersebut, daya reaktor naik menjadi 530 MWt dalam waktu 3
detik untuk kemudian naik secara drastis secara eksponensial yang menyebabkan
terjadinya pembangkitan uap serentak. Uap dengan tekanan sangat tinggi yang
terbentuk serentak tersebut menimbulkan ledakan dahsyat. Kurang dari sedetik
setelah ledakan pertama segera disusul ledakan kedua yang disebabkan oleh
masuknya udara ke teras yang menyebabkan bahan bakar dan beberapa elemen
bereaksi dengan oksigen dan terbakar dahsyat.
0 komentar:
Posting Komentar